LANDASAN TEORI ( PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KECERDASAN INTELEKTUAL SISWA SMA NEGERI 1 TELLUSIATTINGE)



BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Kecerdasan
a.       Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan atau intelegence memiliki pengertian luas, para ahli psikologi mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan menguasai, dan memperaktekkannya dalam memecahkan suatu masalah.
Menurut Hadi Susanto kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melihat suatu masalah lalu menyelesaikannya atau membuat yang dapat berguna bagi orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda),atau kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian dan ketajaman fikiran ).
b.       Macam-Macam Kecerdasan
Menurut Gardner ada tujuh macam kecerdasan yang dimiliki manusia, antara lain:
1.    Kinestetik
Kecerdasan kinestik disebut juga body smart. Kecerdasan ini melibatkan koordinasi bahasa badan, yang memproses pengetahuan melalui indra tubuh. Jadi, kecerdasan kinestik merupakan kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan kecekatan fisik seperti dalam olah raga, atletik, menari, kerajinan tangan, bedah, dll. Orang-orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yang tinggi adalah para olah ragawan, penari, pecinta tari, pengrajin profesional, dokter bedah, dll.
2.    Bahasa
Kecerdasan bahasa disebut juga word smart. Kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan menggunakan bahasa yang efektif. Jadi, kecerdasan bahasa berkaitan dengan kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis.
Dalam kecerdasan ini terdapat cakupan yang didalamnya terdapat kemampuan dalam ejaan, kosa kata, dan tata bahasa. Kecerdasan bahasa pada umumnya dimiliki oleh seorang pembaca naskah berita, para penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, orator, penyiar, mereka adalah orang-orang yang memilki kecerdasan linguistik (bahasa) yang tinggi.
3.    Musical
Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada, menghargai bentuk-bentuk ekspresi musik. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, menghafal melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan musikal biasanya bercita-cita menjadi musisi, dirigen, pembuat instrumen musik, penyanyi, pengamat musik, dll.
4.    Visual-Spasial
Kecerdasan ini disebut juga picture smart. Yaitu merupakan kecakapan berfikir dalam ruang tiga dimensi. Seorang yang memiliki intelegensi visual-ruang yang tinggi sepert pilot, nahkoda, astronot, pelukis, arsitek, perancang, dll. Yang mana mereka mampu menangkap bayangan ruang internal dan eksternal, untuk penentuan arah dirinya atau benda yang dikendalikan, atau mengubah, mengkresi, dan menciptakan karya-karya tiga dimensi nyata.
5.    Logika Matematika
Kecerdasan ini disebut juga number smart. Anak yang menonjol dalam kecerdasan ini memiliki keterampilan untuk mengolah angka-angka dan mahir dalam menggunakan logika atau akal sehat. Kecerdasan ini dimiliki oleh para ilmuan, ahli matematis, akuntan, insinyur, pemogram komputer.
6.    Interpersonal (Kecerdasan Hubungan Sosial)
Kecerdasan ini disebut juga people smart yaitu kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, watak, temperamen, motivasi, dan kecenderungan terhadap orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan hubungan sosial diantaranya guru, konselor, pekerja sosial, aktor, pemimpin masyarakat, politikus, dll.
7.    Intrapersonal
Kecerdasan ini disebut juga self smart yaitu kecakapan memahami kehidupan emosional, membedakan emosi orang-orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Kecakapan membentuk persepsi yang tepat terhadap orang, menggunakannya dalam merencanakan dan mengarahkan orang lain; agamawan, psikolog, psikiater, filosof, adalah mereka yang memiliki kecerdasan pribadi yang tinggi.
B.     Kecerdasan Emosi
a.       Pengertian Emosi
Perkataan emosi berasal dari pada perkataan latin emover tang bermaksud bergerak, kegembiraan dan kegusaran. Pada hari ini perkataan emosi digunakan bagi menggambarkan pengalaman subjektif seseorang seperti cinta, marah, suka, resah tertekan, malu, benci, duka, gembira, tenang dan pelbagai lagi. Perkataan emosi berdasarkan Kamus Bahasa Dewan (1994) mentakrifkan sebagai perasaan pada jiwa yang kuat seperti sedih, marah dan lain – lain.
The Oxford Dictionary of Current English (1995) menyatakan emosi sebagai perasaan yang kuat dari dalam terutamanya aspek mental atau naluri, seperti kasih sayang ataupun takut. Sehingga bisa disimpulkan emosi sebagai salah satu daripada ciri jiwa manusia yang boleh mempamerkan perasaan yang kuat yang berpunca daripada psikologi atau mental seseorang dan emosi boleh berlaku secara naluri bergantung pada suatu situasi.
Sejumlah teoritikus mengelompokan emosi dalam beberapa golongan. Golongan
tersebut adalah:
1.      Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan tindak kekerasan dan kebencian pathologis.
2.      Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri sendiri,
kesepian, ditolak, putus asa dan kalau menjadi patologis depresi berat.
3.      Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak senang, ngeri, kecut, sebagai patologi fobia dan panik.
4.      Kenikmatan: gembira, bahagia, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan inderawi, takjub, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan luar
biasa, senang sekali dan batas ujungnya adalah mania.
5.      Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih.
6.      Terkejut: terkesiap, takjub, terpana.
7.   Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
8.   Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
b.      Pengertian Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Menurut Goleman,  terdapat lima kecerdasan emisonal, yakni:
1.      Mengenali Emosi Diri: Kesadaran mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi. Mengenali emosi diri merupakan dasar kecerdasan emosional. Orang-orang yang memiliki keyakinan lebih tentang perasaanya adalah pilot yang andal bagi mereka, karena mereka memiliki kepekaan lebih terhadap perasaan yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi.
2.      Mengelola Emosi: Menangani perasaan agar dapat terungkap secara tepat
Kecakapan ini tergantung pada kemampuan mengenali emosi diri. Termasuk
dalam kecakapan ini adalah bagaimana menghibur diri sendiri, melepaskan
kecemasan, kemurungan, ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang tidak cakap dalam keterampilan ini akan terus-menerus melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dalam keterampilan ini dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan keruntuhan dalam kehidupan.
3.      Memanfaatkan emosi secara produktif
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting kaitannya dengan perhatian, memotivasi diri sendiri, menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Mengendalikan emosi diri meliputi menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam  berbagai bidang. Disamping itu mampu menyesuaikan diri dalam flow (hanyut  dalam pekerjaan) memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala  bidang. Orang yang memiliki ketrampilan ini jauh lebih produktif dan efektif  dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
4.      Mengenali Emosi Orang lain: Empati
Empati merupakan kemampuan yang juga bergantung kepada kesadaran diri
emosional. Empati merupakan keterampilan bergaul yang mendasar. Orang yang empatik jauh lebih mampu menangkap sinyal sosial yang tersebunyi, yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
5.      Membina Hubungan.
Sebagian besar seni membina hubungan merupakan keterampilan mengelola
emosi orang lain. Keterampilan sosial ini menunjang popularitas kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan dengan orang lain.  Mereka adalah bintang-bintang pergaulan.
c.       Faktor –faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan
Terdapat sekurang – kurangnya tujuh faktor yang mempengaruhi kecerdasan yang mempengaruhi perkembangan emosi yaitu:
1.      Kepintaran: mereka yang pintar lebih peka kepada kemungkinan berlakunya keadaan bahaya.
2.      Jantina : anak perempuan memiliki rasa takut lebih daripada laki – laki.
3.      Status Sosial ekonomi : anak kelas rendah lebih takut karena lebih terdedah kepada masalah dan keganasan.
4.      Keadaan fisikal: anak yang kelaparan, kepenatan dan keadaan fisikal yang tidak baik, mempunyai ketakutan yang lebih .
5.      Hubungan sosial : anak yang berkumpul dengan yang takut sama – sama berasa takut.
6.      Kedudukan dalam keluarga : anak yang sulung takut saingan kepada adik – adiknya.
7.      Personaliti : anak yang tidak yakin dan ekstrovet lebih takut dapada anak yang lebih yakin pada diri sendiri.  
C.    Kecerdasan Intelektual
a.       Pengertian intelektual
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan, kata ‘intelektual’ berkaitan dengan kata ‘intelek’. Intelek berarti “istilah psikologi tentang daya atau proses pikiran yang lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan; daya akal budi; kecerdasan berpikir. Kata intelek juga berkonotasi untuk menyebut kaum terpelajar atau kaum cendekiawan.” Sedangkan kata intelektual berarti suatu sifat cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Kata intelektual juga berkonotasi sebagai kaum yang memiliki kecerdasan tinggi atau juga disebut kaum cendekiawan.
Intelek berasal dari kosakata Latin: intellectus yang berarti pemahaman, pengertian, kecerdasan. Dalam pengertian sehari-hari kemudian berarti kecerdasan, kepandaian, atau akal. Pengertian intelek ini berbeda dengan pengertian taraf kecerdasan atau intelegensi. Intelek lebih menunjukkan pada apa yang dapat dilakukan manusia dengan intelegensinya; hal yang tergantung pada latihan dan pengalaman.

b.      Pengertian Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir. Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan atau khazanah otak manusia. 
c.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IQ Anak
a)    Faktor Bawaan Atau Keturunan
Ada sebagian kalangan yang berpendapat bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi taraf intelegensi seseorang. Artinya, jika kedua orang tua memiliki intelegensi, besar kemungkianan anaknya memiliki intelegensi tinggi pula. Akan tetapi hal inipun tidak terjadi demikian. Adakalanya kedua orang tua memiliki taraf intelegensi tinggi mempunyai anak dengan taraf intelegensi pada tingkat rata-rata atau bahkan dibawah rata-rata.
b)    Faktor Lingkungan
Pengembangan potensi anak mencapai aktualisasi optimal bukan hanya dipengaruhi faktor bakat, melainkan faktor lingkungan yang membimbing dan membentuk perkembangan anak. Faktor lingkungan dalam banyak hal justru memberi andil besar dalam kecerdasan anak. Yang dimaksud tidak lain adalah upaya memberi ‘iklim’ tumbuh kembang sebaik mungkin agar kecerdasan dapat berkembang optimal.
Faktor lingkungan diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, yang akan dijelaskan pada uraian dibawah ini.
1). Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan perkembangan anak dalam berbagai aspek.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Garber Ware (1970) disimpulkan bahwa semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi pula IQ anak. Tiga unsur penting dalam keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan intelegensi anak yang ditemukan dalam penelitian itu adalah:
a)       Jumlah buku, majalah dan materi belajar lainnya yang terdapat dalam lingkungan rumah.
b)      Jumlah ganjaran dan pengakuan yang diterima anak dari orang tua atas prestasi akademiknya.
c)       Harapan orang tua akan prestasi akademik anaknya.
2). Lingkungan Sekolah
Lingkungan yang berfungsi sebagai tempat pendidikan diluar keluarga adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yaitu lingkungan formal yang mempunyai struktur dan mempunyai program yang baku.
3). Lingkungan Masyarakat
Lingkungan kedua yang berfungsi sebagai pendidikan diluar keluarga adalah masyarakat. Dalam masyarakat ini anak akan bergaul dengan orang lain sehingga baik langsung maupun tidak langsung akan saling mempengaruhi pembentukan pribadi anak.
c. Gizi Bagi Anak
Kekurangan dari salah satu zat atau beberapa zat gizi yang diperlukan anak maka akan mengakibatkan gangguan pada tingkat kecerdasan dan perkembangan intelektual anak. Lebih lanjutnya, anemia defisiensi zat besi (anemia gizi) dapat menyebabkan terlambatnya perkembangan kognitif, psikomotorik, dan kemampuan verbal, serta terlambatnya kemampuan motorik dan koordinasi dari anak.
Masalah gizi adalah merupakan masalah kompleks yang harus ditanggulangi secara terpadu dan terkonsep yang berawal dari keluarga. Hal itu perlu diwaspadai dan mendapat perhatian sedini mungkin. Pada masa prenatal dan post-natal sampai usia remaja orang tua perlu waspada terhadap pola kebiasaan makan anak, apabila menginginkan anak yang cerdas.
d. Tempat Tinggal Dan Cerita
Selain faktor gizi dan perawatan, apa yang dilihat, di dengar, dan dipelajari anak sejak dalam kandungan sampai usia 5 tahun sangat menentukan intelegensi dasar untuk masa dewasanya kelak. Setelah usianya melewati 5 tahun secara potensial IQ nya telah tetap. Dengan begitu, masa itulah merupakan “kesempatan emas” bagi kita (pendidik) untuk memacu kecerdasan anak.

SHARE
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar