HASIL DAN PEMBAHASAN (PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KECERDASAN INTELEKTUAL SISWA SMA NEGERI 1 TELLUSIATTINGE)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
                     Hasil
a.       Tabel
SMAN 1 Tellusiaittinge merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Alamat                              : POROS BONE-WAJO
Desa/Kelurahan                 : TOKASENG
Kode Pos                          : 92752
Kecamatan                        : KEC. TELLU SIATTINGE
Kabupaten/Kota                : KAB. BONE
Provinsi                             : PROP. SULAWESI SELATAN
Status Sekolah                  : Negeri
Bentuk Sekolah                 : Biasa/Konvensional
Jenis Sekolah                     : SMA
Jarak Sekolah Sejenis        : 12 (km)
Waktu Penyelenggaraan   : Pagi
Tahun Dibuka                   : 1994
MATA PELAJARAN
2003/2004
2004/2005
2005/2006
2006/2008
2007/2009
Pendidikan Agama Islam
8,11
8,20
8,68
8,78
8,85
Pendidikan Kewarganegaraan
8,23
8,16
8,50
8,45
8,64
Bahasa Indonesia
5,87
7,78
8,52
6,82
8,47
Bahasa Inggris
5,41
8,07
8,75
9,61
8,69
Matematika
8,18
9,82
9,01
8,08
9,06
Kesenian
_
_
_
8,00
8,56
 Penjaskes
8,12
7,67
8,30
8,19
8,26
 Sejarah
7,81
8,32
8,35
8,48
8,52
 Geografi
_
_
_
8,48
5,90
 Ekonomi
6,17
8,66
8,38
6,93
8,35
 Sosiologi
8,02
8,21
8,33
8,20
7,92
 Fisika
8,41
8,21
8,48
8,75
7,59
 Kimia
8,30
8,01
8,26
8,35
8,48

Tabel 1 : Hasil Nilai Ujian Nasional SMAN 1 Tellusiattinge  Tahun Ajaran 2003/2004 sampai 2008/2009.















Berdasarakan informasi dari guru kurikulum perkembangan IQ dan EQ  SMAN 1 Tellusiattinge  mulai dari tahun 1994,1995 1996-1998 peringkat IQ bukan merupakan penentu kelulusan karena siswa lebih mengharapakan bantuan dari guru. Jadi penentu kesukasesan belajar siswa itu tergantung dari guru. Akan tetapi pada tahun 2003-2009 mencoba untuk memberikan perhatian terhadap kecerdasan intelektual yang dapat dilihat dari data hasil UN di atas.
b.      Hasil Wawancara
Tingkat perkembangan siswa SMAN 1 Tellusiattinge mulai dari tahun pertama sampai sekarang kadang mengalami peningkatan dan penurunan sebagai contoh nilai rapor yang kita lihat kadang mengalami penurunan dan juga penerimaan siswa baru meskipun kita sudah mengadakan tes untuk penerimaan calon peserta didik baru belum tentu kemampuan IQnya sama dengan tahun-tahun sebelumya.
Yang lebih dominan yang kita lihat adalah kecerdasan intelektual dari tahun ke tahun kecerdasan emosional hampir tidak di perhatikan dan baru tahun ini sudah diperhatikan terbukti dengan adanya pedidikan karakter yang diberlakukan untuk SMAN 1 Tellusiattinge.
Kecerdasan emosional tentu saja berpengaruh pada kecerdasan intelektual sebagai contoh ada seorang anak yang pintar ketika diadakan ujian disekolah tetapi ia mempunyai masalah dirumah jika ia tidak mampu megolah emosinya dengan baik maka ia akan kesulitan mengerjakan ujian meskipun sebenarnya ia anak yang pintar. Contoh diatas sangat menandakan bahwa kecerdasan emosional sangat mempegaruhi kecerdasan intelektual.
                     Pembahasan
a.       Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kecerdasan Intelektual SMAN 1 Tellu Siattinge
Dari hasil wawancara kecerdasan emosional seorang siswa memberikan pengaruh yang cukup besar karena dari kecerdasan emosi dapat menumbuhkan motivasi dan minat seorang siswa untuk belajar dan secara tidak langsung orang yang intelektualnya relative rendah tetapi kecerdasan emosionalnya tinggi maka inilah maka terkadang siswa seperti ini lebih berprestasi baik di akademik maupun non akademik. Akan tetapi meskipun seseorang memiliki IQ dan EQ. tinggi perlu juga harus dibarengi dengan kecerdasan SQ yang dikenal dengan spiritual Quetiont yang menuntun jiwa manusia kearah yang lebih baik dan lebih ke aspek keagamaan.
Dari data di atas kita dapat melihat bahwa peningkatan kecerdasan intelektual  mengalami peningkatan dan penurunan ini menandakan bahwa tidak ada orang ataupun manusia yang mampu meningkatkan kecerdasan intelektual secara terus menerus. Sebagai bukti kasus yang terjadi di SMAN 1 Tellusiattinge  yaitu setelah konsep kecerdasan intelektual diberlakukan siswa-siswanya banyak kehilangan integritas, komitmen, kepercayaan diri dan yang paling memprihatinkan adalah hilangnya nilai  kejujuran  pada saat itu.
Siswa yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat.
Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Seperti gambar di atas kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang besar bagi kecerdasan intelektual. kecerdasan emosional menjadi penopang bagi kecerdasan inteletual.

b.      Cara Menyeimbangkan Kecerdasan Intelektual dan Emosional SMAN 1 Tellusiattinge
Akhirnya pada tahun 2010 adanya pengubahan konsep tentang IQ yaitu dengan  adanya perhatian terhaadap kecerdasan emosional yaitu dengan adanya pendidika karakter. Pedidikan karakter yang diterapkan di SMAN 1 Tellusiattinge adalah:
1.      Penerapan budaya salam jika bertemu dengan guru
2.      Memungut sampah datang dan pulang sekolah
3.      Berdoa sebelum dan sesudah belajar
Ketika sudah adanya perhatian terhadap kecerdasan emosional hasilnya pun sangat menggembirakan integritas, komitmen, kepercayaan diri dan kejujuran mulai terbangun.

Cara menyeimabangkan IQ dan EQ  melalui  kebiasaan-kebiasaan. Misalnya, menikmati musik dan kesenian lainnya, menikmati warna, ruang, dan bentuk, menghargai kreativitas, dan menghargai kepekaan perasaan. Kecakapan anak akan optimal bila semua potensinya dikembangkan. Potensi yang dimaksud adalah daya pikir, daya serap, dan emosi.
Perlu juga mengajak anak menggambarkan kekhawatirannya, menyatakan kebutuhan emosinya, mengajak orang menghormati orang lain, atau mengajak anak merasakan energinya, bukan kemarahan. ''Bila anak marah, ajak ia untuk bersemangat mencari pemecahan masalahnya. karena kecakapan anak akan optimal bila semua potensinya dikembangkan.






SHARE
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar